Documentary films can be a perfect platform to create dialogue and raise awareness for both individual and broader social change. Seabirds Indonesia (Burung Laut Indonesia) has just produced and released online a documentary film about the Christmas Frigatebird (Fregata andrewsi) in Jakarta Bay, Indonesia. This documentary has been made with the participation of local fishermen and has been shown among the fishing community and more broadly among residents near Jakarta Bay as a means to raise awareness about the plight of this Critically Endangered bird.
In Jakarta Bay, Christmas Frigatebirds, along with Lesser (Fregata ariel) and Greater Frigatebirds (Fregata minor) have to share space with humans while foraging for food and roosting. Jakarta Bay is a significant non-breeding area and migration flyway for Christmas Frigatebirds which only breed on Christmas Island in the southern Indian Ocean. The higher population of Christmas Frigatebird in Jakarta Bay from July 2011 until March 2021 is 186 ind. This number is more than 6% of global estimated population (2,400-4,800 ind).
The frequent anthropogenic activities in Jakarta Bay pose several threats to these birds, as observed by Seabirds Indonesia since they started work to monitor and protect this species in 2009. Between 2011 and 2019, Seabirds Indonesia has observed and recorded eight Christmas Frigatebirds killed by fishing activities and another five caught on fishing nets. Between September 2011 and June 2019, Seabirds Indonesia interviewed 42 fishermen , 15 of them had experienced birds getting caught in their fishing gear in the form of stationary lift nets, nets, and fishing rods. Most of them don’t know what to do with accidental seabird bycatch, some released the birds immediately, others brought the birds home to eat, but often birds die in the nets and they would be just thrown back into the sea.
Beyond accidental fishing bycatch, there are other threats. During the rainy season, tons of rubbish are discharged from 13 rivers that flow through Jakarta into the bay. There have been reports of Frigatebirds carrying plastic rope and playing with other birds or cormorants playing with styrofoam in this bay.
Some fishermen value the frigatebirds as indicators of shoals of fisher or changes in the weather. Although they and others from the local communities often see frigatebirds, many do not know if they are protected or should be protected.
The documentary film illustrates the life of Christmas Frigatebirds in Jakarta Bay and on Pulau Rambut (Rambut Island), which lies within the bay. It has been used and will continue to be used as a communication tool to encourage the fishermen to take measure to reduce seabird bycatch. It is hoped that it will also support the local government in their responsibility to conserve protected birds in Jakarta Bay and in Pulau Rambut Nature Reserve.
This video was produced in Indonesian with English subtitles and can be viewed on the YouTube Channel of Seabirds Indonesia (bit.ly/BurungLautIndonesia). Seabirds Indonesia would like to acknowledge the support of the Oriental Bird Club for funding the production. We would like to express our gratitude for the support of Jakarta Natural Resources Conservation, the volunteers of Seabirds Indonesia, the local fishermen who participated in the film production, and East Asian-Australasian Flyway Partnership (EAAFP).
Prepared by Fransisca Noni Tirtaningtyas from Burung Laut Indonesia.
Watched the Premiere of the full version:
4 mins version
1 min version
(Indonesian version)
Burung Cikalang Christmas di Teluk yang Riuh – Film Dokumenter untuk Konservasi Burung Cikalang Christmas di Indonesia
Film dokumenter dapat menjadi platform yang baik untuk menciptakan karya cerita dan meningkatkan kesadaran untuk perubahan perilaku secara individu maupun sosial. Seabirds Indonesia (Burung Laut Indonesia) memproduksi dan merilis film dokumenter tentang Burung Cikalang Christmas (Fregata andrewsi) di Teluk Jakarta, Indonesia. Film dokumenter ini dibuat bersama nelayan lokal dan telah disebarluaskan kepada kalangan komunitas nelayan dan lebih luas lagi untuk masyarakat di sekitar Teluk Jakarta sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran tentang nasib burung yang terancam kritis.
Di Teluk Jakarta, burung Cikalang Christmas bersama jenis Cikalang Kecil (Fregata ariel) dan Cikalang Besar (Fregata minor) harus berbagi ruang dengan manusia sambil mencari makan dan istirahat. Teluk Jakarta adalah daerah non-berbiak dan jalur terbang migrasi yang penting untuk Cikalang Christmas yang hanya berkembang biak di Pulau Christmas yang berada di selatan Samudera Hindia. Jumlah populasi paling banyak Cikalang Christmas di Teluk Jakarta dari Juli 2011 hingga Maret 2021 adalah 186 individu. Jumlah ini menggambarkan bahwa ada lebih dari 6% populasi global (2.400-4.800 ind).
Aktivitas antropogenik yang sering terjadi di Teluk Jakarta menimbulkan beberapa ancaman untuk jenis burung-burung ini, seperti yang diamati oleh Burung Laut Indonesia sejak mereka mulai bekerja untuk memantau dan melindungi spesies ini pada tahun 2009. Pada 2011 hingga 2019, Burung Laut Indonesia telah mengamati dan mencatat delapan burung Cikalang Christmas yang mati oleh aktivitas penangkapan ikan. Lima diantaranya tersangkut oleh jaring ikan. Pada September 2011 hingga Juni 2019, Burung Laut Indonesia telah wawancara 42 nelayan, 15 di antaranya pernah mengalami kejadian burung yang tertangkap tidak sengaja oleh alat tangkap berupa jaring angkat, jaring, dan joran. Sebagian besar dari mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan tangkapan tidak sengaja berupa burung laut, beberapa nelayan segera melepaskan burung, yang lain membawa pulang burung untuk dimakan, tetapi seringkali burung mati di jaring dan akan dibuang ke laut.
Selain tangkapan sampingan yang tidak disengaja, ada ancaman lain. Selama musim hujan, berton-ton sampah dibuang dari 13 sungai yang mengalir melalui Jakarta ke Teluk Jakarta. Ada laporan burung Cikalang membawa tali plastik dan bermain dengan individu lain atau jenis burung Pecuk yang bermain dengan sampah styrofoam di teluk ini.
Beberapa nelayan merasa bahwa burung Cikalang Christmas menjadi indikator keberadaan ikan atau perubahan cuaca. Meskipun nelayan dan masyarakat setempat sering melihat jenis burung cikalang, namun banyak yang tidak tahu jenis burung ini dilindungi.
Film dokumenter ini menggambarkan kehidupan Burung Cikalang Christmas di Teluk Jakarta dan di Pulau Rambut. Film ini diharapkan dapat mendorong para nelayan dan masyarakat sekitar untuk mengurangi tangkapan tidak sengaja (bycatch) pada jenis burung laut. Diharapkan juga dukungan dari pemerintah lokal dalam melestarikan burung yang dilindungi di Teluk Jakarta dan di Cagar Alam Pulau Rambut.
Film dokumenter ini diproduksi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan dapat dilihat di kanal YouTube Burung Laut Indonesia (bit.ly/BurungLautIndonesia). Burung Laut Indonesia mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Oriental Bird Club untuk mendanai produksi film ini. Kami ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, para relawan Burung Laut Indonesia, para nelayan lokal yang berpartisipasi dalam produksi film, dan East Asian-Australasian Flyway Partnership (EAAFP).
Penulis oleh Fransisca Noni Tirtaningtyas dari Burung Laut Indonesia
Tonton perdana film dokumenter versi panjang
4 mins version
1 min version: